Motorcycle Vespa

Rabu, 09 Januari 2013

TEKNOLOGI REM YANG AMAN

Dalam menghentikan kendaraan yang melaju digunakan perangkat (alat) yang dinamakan dengan rem, alat ini bekerja dengan adanya gaya gesekan antara ban dan jalan. Gesekan ini akan berambah sesuai dengan adanya pembagian beban pada ban. Biasanya kendaraan yang mesinnya terletak didepan, bagian depannya akan lebih berat dibandingkan dengan bagian belakangnya. Bila kendaraan direm maka titik pusat gravitasi akan pindah ke depan (bergerak maju) hal ini disebabkan adanya gaya inertia yang bekerja pada berat mobil, dan juga adanya beban yang besar menyatu pada bagian depan.
Bila daya cengkram pengeremannya berlaku sama terhadap keempat rodanya, maka roda belakang akan terkunci hal ini menyebabkan slip antara ban dan permukaan jalan, ini disebabkan oleh daya pengereman terlalu besar. Dengan terkuncinya roda belakang gesekan akan menurun, roda belakang akan begerak seperti ekor ikan ( bergerak kanan kiri dan sukar terkontrol). Dan ini sangat berbahaya.
Bagaimana cara mengetasinya?
Ada dua cara :
1. Secara Konvensional
Dengan adanya alasan seperti itu, maka diperlukan suatu alat yang dapat membagi tenaga sehingga dapat diberikan pengereman yang lebih besar untuk roda depan daripada roda belakang, alat ini disebut dengan “katup pengimbang” (Proportioning Valve) atau yang biasa disebut dengan katup P. Alat ini bekerja secara otomatis menurunkan tekanan hidraulis pada silinder roda belakang, dengan demikian daya pengereman pada roda belakang akan berkurang.
Disamping katup P, efek yang sama juga dapat diperoleh dari load sensing and proportioning valve (LSPV) yang merubah tekanan awal split point dari roda-roda belakang sesuai dengan beban, proportioning and bypass valve (P & BV) yang meneruskan tekanan master silinder langsung ke roda tanpa melalui katup P bila sistem rem roda depan tidak berfungsi, katup decelaration-sensing and proportioning valve (DSPV) yang membedakan tekanan awal split point sesuai dengan deselerasi selama pengereman, dan perlengkapan lainnya.
2. Secara Otomatis
Rem anti-lock ini diciptakan tidak hanya untuk mencegah terkuncinya roda-roda belakang selama pengereman secara tiba-tiba, tetapi juga untuk mengontrol roda-roda depan agar kendaraan tidak berputar (slip) serta menjaga pengemdalian kemudi dengan baik.
Perhatian:
1. Bila kendaraan mulai ada gejala slip, akan dapat diperbaiki dengan adanya gerakan roda kemudi untuk lebih mudah menghindar dari rintangan.
2. Bila rem bekerja selama kendaraan membelok, kendaraan dapat berhenti dengan aman tanpa mengalami perubahan langsung.
Demikian penjelasan Teknologi Rem yang aman

KONTRUKSI BUSI

Bagian paling atas dari busi adalah terminal yang menghubungkan kabel tegangan tinggi. Terminal ini berhubungan dengan elektroda tengah yang biasanya terbuat dari campuran nikel agar tahan terhadap panas dan elemen perusak dalam bahan bakar, dan sering mempunyai inti tembaga untuk membantu membuang panas. Pada beberapa busi elektroda terbuat dari campuran perak, platina, paladium atau emas. Busi-busi ini dirancang untuk memberikan ketahanan terhadap erosi yang lebih besar serta bisa tetap bagus.

Elektroda tengah melewati isolator (penyekat) keramik yang terdapat pada bagian luarnya. Isolator ini berfungsi untuk melindungi elektroda tengah dari kebocoran listrik dan melindungi dari panas mesin. Untuk mencegah kebocoran gas terdapat seal (perapat) antara elektroda tengah dengan isolator dan antara isolator dengan bodi busi.
Bodi busi dibuat dari baja dan biasanya diberi pelat nikel untuk mencegah korosi. Bagian atas luar bodi berbentuk hexagon (sudut segi enam) yang berfungsi untuk mengeraskan (memasang) dan mengendorkan (membuka) busi. Pada bagian bawahnya dibuat ulir agar busi bisa disekrupkan (dipasang) ke kepala silinder. Pada bagian ujung bawah busi terdapat elektroda sisi atau elektroda negatif. Elektroda ini dilas ke bodi busi untuk jalur ke masa saat terjadi percikan. Terdapat dua tipe dudukan (seat) busi yaitu berbentuk datar dan kerucut. Dudukan busi merupakan bagian dari bodi busi pada bagian atas ulir yang akan bertemu/berpasangan dengan kepala silinder. Jika dudukan businya berbentuk datar, maka terdapat cincin perapat (sealing washer), sebaliknya jika dudukannya berbentuk kerucut maka tidak memerlukan cincin perapat.

CARA MENGUKUR KEAUSAN SILINDER SEPEDA MOTOR

Mengukur diameter boringKeausan lubang silinder bisa saja terjadi secara tidak merata sehingga dapat berupa keovalan atau ketirusan. Masing-masing kerusakan tersebut harus diketahui untuk menentukan langkah perbaikannya.
Cara mengukur keausan silinder:
  1. Lepaskan blok silinder
  2. Lepaskan piston
  3. Ukur diameter lubang silinder dengan ”dial indikator” bagian yang diukur bagian atas, tengah dan bawah dari lubang silinder. Pengukuran dilakukan dua kali pada posisi menyilang.
  4. Hitung besarnya keovalan dan ketirusan. Bandingkan dengan ketentuan pada buku manual servisnya. Jika besarnya keovalan dan ketirusan melebihi batas-batas yang diijinkan lubang silinder harus diover size. Tahapan over size adalah 0,25 mm, 0,50 mm, 0,75 mm dan 1,00 mm. Over size pertama seharusnya 0,25 mm dengan keausan di bawah 0,25 mm dan seterusnya. Jika silinder sudah tidak mungkin di over size maka penyelesaiannya adalah dengan diganti pelapis silindernya.